Tuesday, February 26, 2013

Puisi Andrea Hirata dalam MARYAMAH KARPOV

MARYAMAH KARPOV adalah judul buku ke-4 dari tetralogi novel terkenal karya Andrea Hirata. Novel dengan judul Asli Maryamah Karpov, mimpi-mimpi Lintang (novel) ini sudah di dirilis pada tanggal 28 November 2008 yang telalh lalu tepatnya di toko buku MP Book PointJakarta,

Novel Maryamah Karpov beredar di indonesia secara resmi mulai tanggal 29 November 2008. Saat launching Novel Maryamah Karpov mendapatkan expose yang cukup besar dari media massa dan mendapat perhatian banyak dari penggemar Novel Laskar Pelangi yang sudah menunggu-nunggu karya lanjutan dari novel ketiga Laskar Pelangi Endensor

yang menarik dan akan kami share dalam halaman ini adalah puisi-puisi dalam novel Maryamah Karpov. 


Data buku

Judul : Maryamah Karpov, mimpi-mimpi Lintang (novel)
Penulis : Andrea Hirata
Cetakan : 7, Desember 2010 (Cet. 1. November 2008)
Penerbit : PT Bentang Pustaka, Yogyakarta
Tebal : xii + 504 halaman
ISBN : 978-979-1227-45-2
Penyunting : Imam Risdiyanto
Perancang sampul : Andreas Kusumahadi
Ilustrasi isi : Yudi Irawan
Link : www.andrea-hirata.com

Beberapa gubahan puisi karya Andrea Hirata dalam novel Maryamah Karpov dan dwilogi novel Cinta di dalam Gelas - Padang Bulan.

Puisi

Dan tiba-tiba hari-hariku berubah menjadi puisi
Semilir di pagi hari
Meriang jika siang
Pecah, serupa ombak-ombak pasang kalau malam


Tak Tahu Engkau di Mana

Tak tahu engkau di mana
Tapi, kulihat dirimu, di antara bayang pohon willow
Kudengar suaramu, dalam riak Sungai Darrow
Dan kucium dirimu, dalam angin yang berembus dari utara


Seperti

Seperti puisi yang kautuliskan
Seperti nyanyi yang kaulantunkan
Seperti senyum yang kausunggingkan
Seperti pandang yang kaukerlingkan
Seperti cinta yang kauberikan
Aku tak pernah, tak pernah merasa cukup


Rahasia

Kuberi tahu satu rahasia padamu, Kawan
Buah paling manis dari berani bermimpi
Adalah kejadian-kejadian menakjubkan
Dalam perjalanan menggapainya

Senyum

Siapa yang menabur senyum
Dialah yang akan menuai cinta


Laut

Horizon, horizon setelah itu, tak ada hal lain
Horizon di langit dan horizon sejauh
   jangkau pandang
Muara menyempit, delta mengerut
Hutan lindap, daratan kelabu
Lalu laut, laut seluas langit
Datar, tetap, tak berhingga, biru mendebarkan


Lintang

Dengan pisau lipat
Kuukir pelan-pelan
Kalimat yang dalam
Dari perasaanku yang larat
Karena hormatku yang sarat
Untuk pesona persahabatan dan kecerdasan
Lintang, Lintang, hatimu yang benderang
Qui genus humanum ingenio superavit
Manusia genius tiada tara


Ada

Tahukah dirimu, Kawan?
Dalam serpih-serpih cahaya
Dan gerak-gerik halus benda-benda
Tersimpan rahasia
Mengapa kita ini ada



Peluk

Disebabkan karena kau terlalu malu
Dengan penuh gengsi kau berbalik,
   dia pun berlalu
Rasakan itu olehmu, sekarang baru kau tahu
Bahwa semua keindahan di dunia ini
   berkelabat dengan cepat
Dan hukum-hukum Tuhan ditulis
   sebelum telepon dibuat
Orang-orang indah yang kautemukan di pasar,
   stasiun, terminal, dan tikungan
Kekasih, kemewahan mutiara raja brana,
   kemilau galena dan intan berlian
Semuanya akan meninggalkanmu
Kecuali secangkir kopi
Dia ada di situ, tetap di situ, hangat,
   dan selalu dapat dipeluk

(dalam Cinta di Dalam Gelas)


Tak Tergenggam

Cinta, ditaburkan dari langit
Pria dan wanita menengadahkan tangan
Berebut-rebut menangkapnya
Banyak yang mendapat seangkam
Banyak yang mendapat segantang
Semakin banyak
Semakin tak tergenggam

(dalam Cinta di Dalam Gelas)


Seribu Lima Ratus Perak

Kutengok di televisi
Kebenaran di Jakarta mahal sekali
Para koruptor pintar sembunyi
Padahal nyata-nyata, mereka telah mencuri
Kawan, di kampung kami
Kebenaran harganya hanya seribu lima ratus perak
Warnanya hitam, tergenang di dalam gelas,
   saban pagi

(dalam Cinta di Dalam Gelas)


Bulan di Atas Kota Kecilku yang Ditinggalkan Zaman

Orang-asing
Orang asing
Seseorang yang asing
Berdiri di dalam cermin
Tak kupercaya aku pada pandanganku
Begitu banyak cinta telah mengambil dariku

Aku kesepian
Aku kesepian di keramaian
Mengeluarkanmu dari ingatan
Bak menceraikan angin dari awan

Takut
Takut
Aku sangat takut
Kehilangan seseorang yang tak pernah kumiliki
Gila, gila rasanya
Gila karena cemburu buta
Yang tersisa hanya kenangan
Saat kau meninggalkanku sendirian
Di bawah rembulan yang menyinari kota kecilku
   yang ditinggalkan zaman
Sejauh yang dapat kukenang
Cinta tak pernah lagi datang

Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman
Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman

(dalam Padang Bulan)

Menjadi perhatian bagi kami mengenai puisi-puisi dalam novel Maryamah Karpov sebab karya yang berupa novel ini tidak hanya bagus dalam bentuk novelnya saja. namun genre sastra yang berupa puisi nampaknya sengaja dihadirkan penulis untuk menambahkan nuansa sastrawi pada karya ini.

Terlebih puisi-puisi dalam novel ini jika kita amati tidak sekedar kumpulan kata-kata sampah, namun kata yang penuh makna walaupun sederhana susunannya, sangat padat. Akhirnya kami ucapkan selamat mengapresiasi karya Andrea hirata ini atau sekedar menikmati kepuitisan syairnya.