Showing posts with label sastra. Show all posts
Showing posts with label sastra. Show all posts

Tuesday, February 26, 2013

Puisi Andrea Hirata dalam MARYAMAH KARPOV

MARYAMAH KARPOV adalah judul buku ke-4 dari tetralogi novel terkenal karya Andrea Hirata. Novel dengan judul Asli Maryamah Karpov, mimpi-mimpi Lintang (novel) ini sudah di dirilis pada tanggal 28 November 2008 yang telalh lalu tepatnya di toko buku MP Book PointJakarta,

Novel Maryamah Karpov beredar di indonesia secara resmi mulai tanggal 29 November 2008. Saat launching Novel Maryamah Karpov mendapatkan expose yang cukup besar dari media massa dan mendapat perhatian banyak dari penggemar Novel Laskar Pelangi yang sudah menunggu-nunggu karya lanjutan dari novel ketiga Laskar Pelangi Endensor

yang menarik dan akan kami share dalam halaman ini adalah puisi-puisi dalam novel Maryamah Karpov. 


Data buku

Judul : Maryamah Karpov, mimpi-mimpi Lintang (novel)
Penulis : Andrea Hirata
Cetakan : 7, Desember 2010 (Cet. 1. November 2008)
Penerbit : PT Bentang Pustaka, Yogyakarta
Tebal : xii + 504 halaman
ISBN : 978-979-1227-45-2
Penyunting : Imam Risdiyanto
Perancang sampul : Andreas Kusumahadi
Ilustrasi isi : Yudi Irawan
Link : www.andrea-hirata.com

Beberapa gubahan puisi karya Andrea Hirata dalam novel Maryamah Karpov dan dwilogi novel Cinta di dalam Gelas - Padang Bulan.

Puisi

Dan tiba-tiba hari-hariku berubah menjadi puisi
Semilir di pagi hari
Meriang jika siang
Pecah, serupa ombak-ombak pasang kalau malam


Tak Tahu Engkau di Mana

Tak tahu engkau di mana
Tapi, kulihat dirimu, di antara bayang pohon willow
Kudengar suaramu, dalam riak Sungai Darrow
Dan kucium dirimu, dalam angin yang berembus dari utara


Seperti

Seperti puisi yang kautuliskan
Seperti nyanyi yang kaulantunkan
Seperti senyum yang kausunggingkan
Seperti pandang yang kaukerlingkan
Seperti cinta yang kauberikan
Aku tak pernah, tak pernah merasa cukup


Rahasia

Kuberi tahu satu rahasia padamu, Kawan
Buah paling manis dari berani bermimpi
Adalah kejadian-kejadian menakjubkan
Dalam perjalanan menggapainya

Senyum

Siapa yang menabur senyum
Dialah yang akan menuai cinta


Laut

Horizon, horizon setelah itu, tak ada hal lain
Horizon di langit dan horizon sejauh
   jangkau pandang
Muara menyempit, delta mengerut
Hutan lindap, daratan kelabu
Lalu laut, laut seluas langit
Datar, tetap, tak berhingga, biru mendebarkan


Lintang

Dengan pisau lipat
Kuukir pelan-pelan
Kalimat yang dalam
Dari perasaanku yang larat
Karena hormatku yang sarat
Untuk pesona persahabatan dan kecerdasan
Lintang, Lintang, hatimu yang benderang
Qui genus humanum ingenio superavit
Manusia genius tiada tara


Ada

Tahukah dirimu, Kawan?
Dalam serpih-serpih cahaya
Dan gerak-gerik halus benda-benda
Tersimpan rahasia
Mengapa kita ini ada



Peluk

Disebabkan karena kau terlalu malu
Dengan penuh gengsi kau berbalik,
   dia pun berlalu
Rasakan itu olehmu, sekarang baru kau tahu
Bahwa semua keindahan di dunia ini
   berkelabat dengan cepat
Dan hukum-hukum Tuhan ditulis
   sebelum telepon dibuat
Orang-orang indah yang kautemukan di pasar,
   stasiun, terminal, dan tikungan
Kekasih, kemewahan mutiara raja brana,
   kemilau galena dan intan berlian
Semuanya akan meninggalkanmu
Kecuali secangkir kopi
Dia ada di situ, tetap di situ, hangat,
   dan selalu dapat dipeluk

(dalam Cinta di Dalam Gelas)


Tak Tergenggam

Cinta, ditaburkan dari langit
Pria dan wanita menengadahkan tangan
Berebut-rebut menangkapnya
Banyak yang mendapat seangkam
Banyak yang mendapat segantang
Semakin banyak
Semakin tak tergenggam

(dalam Cinta di Dalam Gelas)


Seribu Lima Ratus Perak

Kutengok di televisi
Kebenaran di Jakarta mahal sekali
Para koruptor pintar sembunyi
Padahal nyata-nyata, mereka telah mencuri
Kawan, di kampung kami
Kebenaran harganya hanya seribu lima ratus perak
Warnanya hitam, tergenang di dalam gelas,
   saban pagi

(dalam Cinta di Dalam Gelas)


Bulan di Atas Kota Kecilku yang Ditinggalkan Zaman

Orang-asing
Orang asing
Seseorang yang asing
Berdiri di dalam cermin
Tak kupercaya aku pada pandanganku
Begitu banyak cinta telah mengambil dariku

Aku kesepian
Aku kesepian di keramaian
Mengeluarkanmu dari ingatan
Bak menceraikan angin dari awan

Takut
Takut
Aku sangat takut
Kehilangan seseorang yang tak pernah kumiliki
Gila, gila rasanya
Gila karena cemburu buta
Yang tersisa hanya kenangan
Saat kau meninggalkanku sendirian
Di bawah rembulan yang menyinari kota kecilku
   yang ditinggalkan zaman
Sejauh yang dapat kukenang
Cinta tak pernah lagi datang

Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman
Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman

(dalam Padang Bulan)

Menjadi perhatian bagi kami mengenai puisi-puisi dalam novel Maryamah Karpov sebab karya yang berupa novel ini tidak hanya bagus dalam bentuk novelnya saja. namun genre sastra yang berupa puisi nampaknya sengaja dihadirkan penulis untuk menambahkan nuansa sastrawi pada karya ini.

Terlebih puisi-puisi dalam novel ini jika kita amati tidak sekedar kumpulan kata-kata sampah, namun kata yang penuh makna walaupun sederhana susunannya, sangat padat. Akhirnya kami ucapkan selamat mengapresiasi karya Andrea hirata ini atau sekedar menikmati kepuitisan syairnya.

Thursday, February 21, 2013

Cara Mencari Gagasan Utama Teks

Teks merupakan wacana tertulis/bacaan yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran. Teks/bacaan terdiri dari atas beberapa paragraf.

Paragraf adalah seperangkat kalimat yang berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan untuk mengutarakan atau mengemukakan maksud sebuah gagasan pokok/ gagasan utama atau ide pokok.

Untuk memenuhi syarat sebagai paragraf, tidak hanya terdiri dari beberapa kalimat dan didalamnya ada sebuah gagasan pokok atau ide pokok, namun juga harus memenuhi syarat : koheren (berhubungan/ nyambung), dan kohesi (padu).

Perbedaan Gagasan Utama, Kalimat Utama, dan Kesimpulan

Tahukan anda, perbedaan antara gagasan utama (ide pokok), kalimat utama, dan kesimpulan? 

Sebelum bisa membedakan antara ketiganya, saya akan mengingatkan lagi pengertian dari gagasan utama, kalimat utama, dan kesimpulan sebagai berikut.
Gagasan Utama/ide pokokPokok masalah yang mendasari cerita yang bersifat abstrak/implisit atau kata–kata kunci yang terdapat dalam kalimat utama. Cara untuk mengetahui ide pokok yakni dengan cara: Bacalah sebuah wacana kemudian tutuplah wacana tersebut. Cobalah jawab pertanyaan ini "Paragraf tersebut membahas mengenai apa?"
Nah, jawaban itulah yang dinamakan ide pokok.


Kalimat UtamaRealisasi dari ide pokok yang berupa pernyataan atau kalimat yang terletak di awal dan di akhir paragraph. Kalimat Utama merupakan kalimat inti yang digunakan sebagai acuan pengembangan menjadi sebuah paragraf. 
KesimpulanSuatu pernyataan yang dibuat berdasarkan ide pokok dan kata kunci dari kalimat penjelas dengan kalimat sendiri.



Untuk lebih jelasnya, langsung saya akan berikan contohnya.


Contoh 1 Paragraf Deduksi
Bacaan yang baik untuk anak berisi contoh yang baik-baik pula. Cara yang dapat dilakukan dengan menampilkan tokoh kartun, boneka, badut yang lucu, tetapi mengandung unsure pendidikan. Tokoh binatang yang cerdik pun dapat pula mewakili pesan moral. Misalnya, kancil menipu buaya atau sejenisnya. Tokoh orang bertubuh raksasa, tetapi sangat baik terhadap sesama. 

Gagasan Utamanya : Bacaan yang baik untuk anak 
Kalimat Utamanya : Bacaan yang baik untuk anak berisi contoh yang baik-baik pula. 
Kesimpulannya : Bacaan yang baik untuk anak sebaiknya menceritakan tokoh kartun yang mengandung unsur pendidikan dan pesan moral


Contoh 2 Paragraf Induksi
Sudah ada ide tetapi sukar untuk dituangkan. Selalu dihadapkan dengan persoalan apa yang hendak ditulis? Seberapa panjang tulisan yang akan ditulis. Keringnya pengetahuan terhadap topik yang hendak dikembangkan. Demikianlah pengalaman seseorang pada awal belajar menulis.


Gagasan Utamanya : Pengalaman belajar menulis
Kalimat Utamanya : Demikianlah pengalaman seseorang pada awal belajar menulis.
Kesimpulannya : Pengalaman awal belajar menulis yaitu ketidaktahuan mengenai topik yang akan ditulis atau bingung dalam memilih topik.
jadi bisa dipastikan bahwa setiap paragraf memiliki sebuah gagasan utama atau ide pokok. Gagasan utama, gagasan pokok, atau ide pokok adalah hal yang dibahas atau diungkapkan dalam bacaan. Fungsi gagasan utama dalam sebuah paragraf adalah untuk mengendalikan informasi atau inti dari informasi itu sendiri.

Letak gagasan utama adalah berada di kalimat utama. Jadi dalam sebuah paragraf ada dua jenis kalimat yakni kalimat utama dan kalimat penjelas, kalimat utama bersifat umum dan kalimat penjelas bersifat umum.

Sehingga ada paragraf yang kalimat utamanya berada di awal kemudia disebut paragraf deduktif atau pagraf umum khusus. Kabalikannya paragraf yang kalimat utamanya di belakang maka disebut khusus umum atau induktif.

karena letak gagasan utama ada di dalam kalimat utama maka letaknya mengikuti kalimat utamanya, dari sini dapat kita simpulkan untuk mencari gagasan utama maka langkah-langkanya adalah sebagai berikut :

Cara Mencari Gagasan Utama Teks
1. Baca paragrafnya
2. Cari kalimat utamanya (lihat yang sifatnya umum, biasanya di awal atau akhir)
3. setelah ketemu kalimatnya maka dicari inti kalimat itu apa, bisa diambil subjek predikatnya.

Contoh dan Pengertian Majas Metafora


Majas adalah materi pelajaran bahasa indonesia baik tinggat menengah pertama maupun tingkat menengah atas. Majas biasanya ada dalam materi puisi atau karya sastra lain baik cerpen maupun novel. Majas merupakan materi yang ada dalam SKL sehingga termasuk materi Ujian Nasional 2013

Majas menurut Henry Guntur Tarigan dibagi menjadi empat yakni majas perbandingan, majas pertautan, majas perulangan. dan majas pertentangan. Majas Metafora termasuk dalam majar perbandingan, contoh majas perbandingan yang lain adalah majas simile dan majas personifikasi.


Definisi, Pengertian & Contoh Majas Metafora

Majas metafora ialah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: misalnya saja hidung belang, bunga bangsa, kutu buku, buaya darat, buah hati, buah tangan, cindera mata, dan sebagainya. Makna sebuah metafora dibatasi oleh sebuah konteks. Majas metafora adalah majas yang membadingkan dua hal secara langsung tanpa menggunakan pembanding analogis.



Contoh Kata bermajas Metafora
  1. raja siang (matahari)
  2. dewi malam (bulan)
  3. kupu-kupu malam (WTS)
  4. bunga bangsa (generasi muda)
  5. bunga desa (gadis desa tercantik)
  6. kutu buku (gemar membaca buku)
  7. lintah darat (rentenir)
  8. kembang desa (gadis desa tercantik)
  9. buah hati (anak kesayangan)

Berikut ini beberapa contoh majas metafora dalam kalimat:

Jika mempunyai urusan dengan lintah darat, maka lebih baik kita berhati-hati.
Kasihan si Mamat, dia dijadikan kambing hitam atas peristiwa tersebut.
Kalau berhadapan dengan dia, aku menjadi mati kutu.
Putri itu seorang yang jinak-jinak merpati.
Raja hutan mengaum dengan lantang.
Banyak sekali kupu-kupu malam di pinggir jalan.


Contoh Puisi yang menggunakan majas metafora :

Engkau belahan jantung hatiku sayangku.
Raja siang keluar dari ufuk timur.
Jonathan adalah bintang kelas dunia.


Demikian pengertian majas metafora dan contoh majas metafora, selain perlu dikatahui untuk menghadapi ujian nasional. Memahami majas metafora juga bermanfaat dalam kedhidupan sehari-hari karena tak jarang ketika kita berbincang dengan orang lain maka orang tersebut menggunakan metafor, maka kita harus paham.

manfaat lain adalah bagi yang suka menulis baik cerpen, puisi maupun novel untuk menimbulkan efek tertentu pada karya yang dibuat.

Wednesday, February 20, 2013

Kumpulan Puisi Taufiq Ismail : SAJAK LADANG JAGUNG





Taufiq Ismail adalah salah satu penyair terkenal di Indonesia, salah satu karya kumpulain puisi Taufiq ismail yang terkenal adalah Malu Aku Jadi Orang Indonesia

Namun yang akan kita bahas pada tulisan ini bukanlah karya kontroversial tersebut namum sebuah antologi puisi Taufik Ismail yang berjudul SAJAK LADANG JAGUNG. Taufiq ismail yang pernah pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Indonesia (sekarang IPB), dan tamat pada tahun1963. Pada tahun 1971--1972 dan 1991--1992 ia mengikuti International Writing Program menulis antologi ini dan dicetak pertama kali pada 1973, sudah lama namun puis-puisinya masih hangat sampai sekrang.

Dalam kumpulan puisi ini lelaki yang pernah mengajar sebagai guru bahasa di SMA Regina Pacis, Bogor (1963-1965), guru Ilmu Pengantar Peternakan di Pesantren Darul Fallah, Ciampea (1962), dan asisten dosen Manajemen Peternakan Fakultas Peternakan, Universitas Indonesia Bogor dan IPB (1961-1964) cukup lihai dalam bermain kata-kata.




Data Buku Kumpulan Puisi
Judul : Sajak Ladang Jagung
Penulis : Taufiq Ismail
Penerbit: Pustaka Jaya, Jakarta
Percetakan : PT. Bumi Restu, Jakarta
Cetakan : II, Januari 1975 (Cet. I. diterbitkan Budaja Djaja, Juni 1973)
Gambar jilid : A. Wakidjan
Tebal : 70 halaman (37 puisi)

Beberapa pilihan puisi Taufiq Ismail dalam Sajak Ladang Jagung

PANTUN TERANG BULAN DI MIDWEST

Sebuah bulan sempurna
Bersinar agak merah
Lingkarannya di sana
Awan menggaris bawah

Sungai Mississippi
Lebar dan keruh
Bunyi-bunyi sepi
Amat gemuruh

Ladang-ladang jagung
Rawa-rawa dukana
Serangga mendengung
Sampaikah suara

Cuaca musim gugur
Bukit membisu
Asap yang hancur
Biru abu-abu

Danau yang di sana
Seribu burung belibis
Lereng pohon pina
Angin pun gerimis

1971


BUNGA ALANG - ALANG


Bunga alang-alang
Di tebing kemarau
Menggelombang

Mengantar
Bisik cemara
Dalam getar

Di jalan setapak
Engkau berjalan
Sendiri

Ketika pepohon damar
Menjajari
Bintang pagi

Sesudah topan
Membarut
Warna jingga


Dan seribu kalong
Bergayut
Di puncak randu


Di bawah bungur
Kaupungut
Bunga rindu

Sementara awan
Menyapu-nyapu
Flamboyan

Kemarau pun
Berangkat
Dengan kaki tergesa

Dalam angin
Yang menerbangkan
Serbuk bunga.

1963


DI TELUK IKAN PUTIH


Di Teluk Ikan Putih, telah terjangkar jasmaniku di pelabuhannya
Pada kapal-kapal yang masuk dan tertambat sehari-hari
Anak-anak camar bertebar atas arus melancar
Dan perbukitan dandan perlente pina-pina berduri

Di Teluk Ikan Putih menutup siang musim semi panjang
Pada langitnya keruh asap, bayang bangunan dan baja
Di perut kota bangkitlah malam sambil melenggang
Dan dermaganya hening lelap, berlelehan keristal kaca

Selamat jalan, malam-malam putih berhujan kapas
Lewati perairan alim dengan pipinya dingin
Masih ada yang berlinangan di sela gugusan karang
Ngenangkan musim mengandung belati dalam angin
Jabatlah teluk kami, persinggahan di tahun datang.

1957


LAGU UNGGAS LAGU IKAN


Katak rawa-rawa
Menyanyi sendiri

Pii
Wii


Serangga pepohonan
Daun bermerahan

Angsa menggelepar
Dan berbunyi

Pii
Wii


Ikan danau jauh
Jerami yang luruh

Langit mengental
Paya-paya kristal


Unggas sembunyi
Hutan pun mati
Bunyi yang sunyi


Pii
Wii

1971


ADAKAH SUARA CEMARA
Ati


Adakah suara cemara
Mendesing menderu padamu
Adakah melintas sepintas
Gemersik daunan lepas

Deretan bukit-bukit biru
Menyeru lagu itu
Gugusan mega
Ialah hiasan kencana

Adakah suara cemara
Mendesing menderu padamu
Adakah lautan ladang jagung
Mengombakkan suara itu.

1972


TAMAN DI TENGAH PULAU KARANG


Di tengah Manhattan menjelang musim gugur
Dalam kepungan rimba baja, pucuknya dalam awan
Engkau terlalu bersendiri dengan danau kecilmu
Dan perlahan melepas hijau daunan

Bebangku panjang dan hitam, lusuh dan retak
Seorang lelaki tua duduk menyebar
Remah roti. Sementara itu berkelepak
Burung-burung merpati

Di lingir Manhattan bergelegar pengorek karang
Merpati pun kaget beterbangan
Suara mekanik dan racun rimba baja
Menjajarkan pohon-pohon duka

Musim panas terengah melepas napas
Pepohonan meratapinya dengan geletar ranting
Orang tua itu berkemas dan tersaruk pergi
Badai pun memutar daunan dalam kerucut
Makin meninggi.

1963


MUSIM GUGUR TELAH TURUN DI RUSIA


Seekor burung raksasa pada suatu malam cuaca mengembangkan sayap-nya yang perkasa mengibas-ngibaskannya gemuruh dan lena maka rontoklah bulu beledru di langit tua dan biru gugur dan gugur melayang dan berbaur

Musim gugur telah turun di Rusia

Berjuta bintik kapas warna putih angsa pada suatu malam cuaca naik mengambang bersama dan menggeliatlah dia menggelepar menyerakkan warna dan aroma

Musim panas melayang di atas Rusia

Dengan malasnya burung itu terbang sayapnya mengibaskan angin agak dingin daun-daun beriozka jadi berganti warna burung raksasa tiba di atas kutub utara dia berkaca sekilas di laut terus melayang ke bagian bumi yang lain seraya membagi-bagikan angin yang agak dingin

Musim gugur telah turun di Rusia.

1970


TREM BERKLENENGAN DI KOTA SAN FRANCISCO


Pagimu yang cerah, San Francisco, sampai padaku di atas bukit itu, lautmu bagai bubur agar-agar, uap air di langitmu mencecerkan serbuk kabut seperti tepung nilon dan terjela-jela sepanjang jembatan raksasamu tepat seperti kartu pos bergambar yang pernah kubeli di kedai Hindustan duapuluh empat tahun yang silam di Geylang Road ketika aku masih bercelana pendek dan asyik menghafalkan nama-nama hebat dengan huruf-huruf c, v, x, dan y pada pelajaran ilmu bumi di Sekolah Rakyat partikelir.

Matahari terlalu gembira menyinari bukit-bukitmu. Bukit-bukit yang ditumbuhi rumah-rumah Eropah, Meksiko, Habsyi dan Cina, bercat putih beratap merah tua dengan bunga-bungaan yang mekar karena persekutuan akrab dengan musim semi bagai tak kunjung habisnya. Debu segan padamu. Kotoran mekanika dan asam arang kauserahkan sepenuhnya pada Los Angeles si buruk muka. Dia cemburu padamu.

Pasar buah dan rempah-rempah. Trem berklenengan dan meluncur gila pada penurunan bukit-bukit sama-kaki yang sempit. Sebuah peti cat meledak di udara dan warna-warna pun dibagi-bagi pada deretan bangunan dinding trem kota, tulang jembatan, atap, pintu dan jendela. Angin mengeringkannya dan mengaduknya dengan aroma daun-daun perladangan jeruk serta uap perairan dermaga lalu dikibas-kibaskan oleh sayap kawanan burung camar mengatasi muara lautan.

Percintaan bulan dengan lekuk-lekuk tubuhmu semacam percintaan anak-anak muda yang garang kemudian dilukiskan oleh pelukis-pelukis kubistis. Emas yang diburu-buru abad yang lalu dilambangkan dalam cahaya natrium, amat geometris, lewat tingkap-tingkap dan pipa-pipa kaca, simetris dan tidak simetris. Kapal-kapal angkat jangkar.

Di ujung meja panjang terbuat dari kayu mahoni pada suatu bar dekat Market Street seorang tua berambut putih berkumis putih berjanggut putih duduk di atas kursi plastik yang bentuknya seperti bom waktu. “Aku tidak dengar Amerika menyanyi lagi” ujarnya. Pelayan bar memberinya segelas bir.

Amerika tidak menyanyi lagi.
Amerika mengerang.

Di atas bar kayu mahoni berlapis formika hampir biru muda, padang-padang Texas dilipat ke tengah, New York berhamburan ke dalam Grand Canyon, Niagara mengental, California tergulung-gulung. Walt Whitman memeras Amerika bagai sehelai karbon bekas, dan si tua itu menuangkan bir Milwaukee berbusa ke atasnya.


Amerika mengeluarkan bunyi kerupuk kentang kering.
Yang dikunyah lambat-lambat.

Camar-camar teluk San Francisco melayang di atas kedai-kedai bunga tulip, menelisik jaringan kawat trem-trem yang berkenengan dan buang air tepat di atas kantor asuransi.

Selamat jalan c
Selamat jalan v
Selamat jalan x
Selamat jalan y
Selamat jalan.

1972


SEORANG KULI TUA DI SETASIUN YOKOHAMA


Seorang kuli tua di setasiun Yokohama
Ketika ekspres tengah hari masuk dari ibukota
Berdiri agak terbungkuk di depan peron
Handuk kecil di lehernya

Beratus penumpang turun sepanjang ruangan
Menari dalam kilau jendela kereta
Ia pun menjamah koporku setelah menatapku
Agak lama

Hari itu musim panas di bulan Agustus
Udara sangat lembab dan angin tak bertiup
Menyeka dahi ditolaknya lembaran uang
‘Aku dulu di Semarang’

Dengan hormat diucapkannya selamat jalan
Ia pun kembali ke setasiun berbata-bata
Berkaus dan bersepatu putih
Tiba-tiba wajahnya sangat tua

Di kapal kenapa kuingat kakak sepupuku
Opsir Peta di Jatingaleh berlucut senjata
Terbunuh dalam pertempuran lima hari
Dua belas tahun yang lalu

Hari itu musim panas di bulan Agustus
Ketika ekspres tengah hari masuk dari ibukota
Seorang kuli di setasiun Yokohama
Tiba-tiba wajahnya sangat tua.

1963


PENGKHIANATAN


Siapa lagi sekarang akan ditangkap. Menanti
Mungkin sebentar lagi mereka akan datang mengetuk pintu
Mendorong masuk dan menjerembabkan nasib
Di ambang waktu. Dengan berbagai tuduhan
Barangkali agen mereka ada di antara kita
Dengan pestol Browning di pinggang dalam
Kita tak pernah pasti tahu
Mengapa engkau pucat sekali?
Intip cermin di atas lemari
Di luar angin pepohonan damar masih berseru
Atau jip-kah itu yang menderu?
Cek sekali lagi: sudahkah semua dokumen dibakar
Bersihkan sisa abu di lubang kloset
Granat dan sten di dinding-papan
Hapalkan nama-nama palsu kalian
Sudjono! Hentikan goyangan kakimu
Merokoklah. Merokok di kolong kalau tak tahan
Udara terlalu pekap di sini, dalam temaram
Kita makin berpeluh tapi jari kenapa menggigil
Udara panas bergetah dengan bau ikan sardin
Seorang bangkit pelan, mengintip di balik gorden

Tiba-tiba aku berteriak, melolong-lolong
Tjok dan Momo menerkamku tak berbunyi
Dan menyumbat mulutku
Aku berontak, lepas dalam geliat liar
Tapi badan mereka bagai sapi Bali
Lenganku dikunci mereka ke punggung. Badanku
Dibengkok-busurkan
Keluh serak dari mulutku


‘Lepaskan dia. Dan kau diam’
Kata Budi
‘Kau terlalu tegang’
Diapun menuding ke sudut kamar
Aku terhuyung ke sana, dua langkah
Dan tiga langkah surut kembali
Dalam gerakan terpincang, kataku serak:
‘Budi, aku telah berkhianat’

Seluruh kamar tegang dan pekat
Halilintar meledak dalam ruangan
Mata mereka nanap, duka perjuangan semakin berat
Angin pepohonan damar menebas tajam bagai kelewang

‘Budi, aku sudah berkhianat’
Aku melihat berkeliling. Mereka diam aneh
Lenganku mula mengulur, lalu bergantungan
Dengan gelisah aku berputar melihat kawan-kawan
Mataku merah dan liar serigala
Meneriakkan ‘Aku pengkhianat!’
Dan aku tersedu, tertengkurap di tengah kamar


Mereka semua diam. Sudjono mematikan rokoknya
Aku menangis seperti anak lima tahun
Yang kehilangan baling-baling kertasnya
‘Tembaklah aku. Mereka sudah tahu semuanya
Sebentar lagi mereka datang
Aku tak tahan Budi, tembaklah aku di sini’

Budi memberi tanda. Senjata-senjata dibongkar dari dinding
Dengan perkasa mereka siap berangkat dalam formasi rahasia
Mereka akan menyelinap lewat gang belakang
Sepanjang urat-urat kota memperjuangkan kemerdekaan
Di sela rapatnya rumah-rumah, meneruskan gerakan di bawah tanah

Budi melucuti belatiku dan pada Momo memberi perintah
Menggamit Tjok dan Maliki dengan tangan perunggu
Perlahan yang lain berangkat satu-satu
Setiap orang memerlukan menoleh padaku sebentar
Di lantai, aku menekuri jubin sebelah meja
Dan Momo yang akan menjalankan perintah komandan
Berdiri dengan belatiku telanjang di tangan.

1963


TENTANG SERSAN NURCHOLIS


Seorang sersan
Kakinya hilang
Sepuluh tahun yang lalu

Setiap siang
Terdengar siulnya
Di bengkel arloji

Sekali datang
Teman-temannya
Sudah orang resmi

Dengan senyum ditolaknya
Kartu-anggota
Bekas pejuang

Sersan Nurcholis
Kakinya hilang
Di zaman revolusi

Setiap siang
Terdengar siulnya
Di bengkel arloji


1958




1946: LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK


Sebuah truk laskar menderu
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
‘Sudah Bebas Negeri Kita’

Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun, terjaga:
‘Ibu, akan pulangkah bapa,
Dan membawakan pestol buat saya?’


1963




Demikian tadi bebarapa puisi taufiq ismail dalam kumpulan puisi Sajak Ladang jagung, sebagai ingormasi tambahan berikut ini karya lain dari taufiq Ismail dan karirnya :


Hasil karya Taufiq Ismail:

1. Tirani, Birpen KAMI Pusat (1966)
2. Benteng, Litera ( 1966)
3. Buku Tamu Musium Perjuangan, Dewan Kesenian Jakarta (buklet baca puisi) (1972)
4. Sajak Ladang Jagung, Pustaka Jaya (1974)
5. Kenalkan, Saya Hewan (sajak anak-anak), Aries Lima (1976)
6. Puisi-puisi Langit, Yayasan Ananda (buklet baca puisi) (1990)
7. Tirani dan Benteng, Yayasan Ananda (cetak ulang gabungan) (1993)
8. Prahara Budaya (bersama D.S. Moeljanto), Mizan (1995)
9. Ketika Kata Ketika Warna (editor bersama Sutardji Calzoum Bachri, Hamid Jabbar, Amri Yahya, dan Agus Dermawan, antologi puisi 50 penyair dan repoduksi lukisan 50 pelukis, dua bahasa, memperingati ulangtahun ke-50 RI), Yayasan Ananda (1995)
10. Seulawah — Antologi Sastra Aceh (editor bersama L.K. Ara dan Hasyim K.S.), Yayasan Nusantara bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Khusus Istimewa Aceh (1995)
11. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Yayasan Ananda (1998)
12. Dari Fansuri ke Handayani (editor bersama Hamid Jabbar, Herry Dim, Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2001), Horison-Kakilangit-Ford Foundation (2001)
13. Horison Sastra Indonesia, empat jilid meliputi Kitab Puisi (1), Kitab Cerita Pendek (2), Kitab Nukilan Novel (3), dan Kitab Drama (4) (editor bersama Hamid Jabbar, Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Herry Dim, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2000-2001, Horison-Kakilangit-Ford Foundation (2002)

Karya terjemahan Taufiq Ismail:
1. Banjour Tristesse (terjemahan novel karya Francoise Sagan, 1960)
2. Cerita tentang Atom (terjemahan karya Mau Freeman, 1962)
3. Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam (dari buku The Reconstruction of Religious Thought in Islam, M. Iqbal (bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad), Tintamas (1964)

Penghargaan:
Anugerah yang diterima Taufiq Ismail:

1. Anugerah Seni dari Pemerintah RI (1970)
2. Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977)
3.South East Asia (SEA) Write Award dari Kerajaan Thailand (1994)
4. Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994)
5. Sastrawan Nusantara dari Negeri Johor,
Malaysia (1999)
6. Doctor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta (2003)

Tuesday, February 19, 2013

Kumpulan Puisi Chairil Anwar : DERU CAMPUR DEBU


Setelah sebelumnya kami paparkan mengenai Kumpulan Puisi Sutardji Calzoum Bachri : O AMUK KAPAK kali ini akan kami paparkan kumpulan puisi karya penyair yang tak asing lagi di jagat santra nusantra, yakni chairil anwar.

Chairil Anwar yang kita tahu penulis puisi Aku, yang Analisi Puisi Aku karya Chairil Anwar bisa di baca di blog ini, Juga memiliki karya puisi yang tentunya sudah banyak penimmat puisi kenal yakni Senja di Pelabuhan kecil : Ini kali tidak ada yang mencari cinta... dan seterusnya

Nah kebetulan kedua puisi tersebut terdapat dalam sebuah antologi puisi atau sebuah buku kumpulan puisi karya chairil anwar yakni DERU CAMPUR DEBU, memang mirip dengan judul film laga jaman dulu.

Data buku kumpulan puisi

Judul : Deru Campur Debu
Penulis : Chairil Anwar
Cetakan : III, 1993
Penerbit : PT. Dian Rakyat, Jakarta
Tebal : 47 halaman (28 puisi)
ISBN : 979-523-042-5
Ilustrasi isi : Oesman Effendi

Beberapa pilihan puisi Chairil Anwar dalam Deru Campur Debu

Aku

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan akan akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi


Senja di Pelabuhan Kecil
Buat Sri Ayati

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.


Cintaku Jauh di Pulau

Cintaku jauh di pulau
Gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya

Di air yang tenang, di angin mendayu
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”

Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.


Kawanku dan Aku

Kami sama pejalan larut
Menembus kabut
Hujan mengucur badan
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan

Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat

Siapa berkata-kata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga

Dia bertanya jam berapa?

Sudah larut sekali
Hilang tenggelam segala makna
Dan gerak tak punya arti


Kepada Kawan

Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,

belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah berkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!

Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!!


Doa
kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling


Kepada Peminta-minta

Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku

Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga

Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah

Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku

Baik, baik, aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku


Cerita Buat Dien Tamaela

Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu

Beta Pattirajawane
Kikisan laut
Berdarah laut

Beta Pattirajawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dayung sampan

Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala
Beta api di pantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama

Dalam sunyi malam ganggang menari
Menurut beta punya tifa,
Pohon pala, badan perawan jadi
Hidup sampai pagi tiba.

Mari menari!
mari beria!
mari berlupa!

Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
Beta kirim datu-datu!

Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar pulau...

Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu


Sebuah Kamar

Sebuah jendela menyerahkan kamar ini
pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam
mau lebih banyak tahu.
“Sudah lima anak bernyawa di sini,
Aku salah satu!”

Ibuku tertidur dalam tersedu,
Keramaian penjara sepi selalu,
Bapakku sendiri terbaring jemu
Matanya menatap orang tersalib di batu!

Sekeliling dunia bunuh diri!
Aku minta adik lagi pada
Ibu dan bapakku, karena mereka berada
d luar hitungan: Kamar begini
3 x 4, terlalu sempit buat meniup nyawa!


Hampa
Kepada Sri

Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai di puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti
Sepi
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencengkung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.


Chairil Anwar penulis puisi AKU lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922, ia meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun pada tanggal ini biasanya sering dibacakan puisi-puisi beliau oleh komunitas sastra di penjuru negeri, ia dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia.

Tidak jelas berapa karya beliau, diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi.  ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia, bersama dua penyair lain yakni Asrul Sani dan Rivai Apin,.Chairil Anwar yang lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Jakarta (dulu masih Batavia ) bersama ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti dunia puisi khususnya sastra.

Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi seperti puisi yang berjudul aku.