Thursday, January 31, 2013

Kumpulan Cerpen Remaja Terbaru

Cerpen Remaja - Saat remaja merupakan saat yang paling hebat untuk kita, karena pada saat itu sebagai remaja tentunya akan mengalami perjalanan hidup yang panjang, terutama tentang cinta. Saat-saat remaja merupakan saat seseorang untuk mencari jati diri yang sebenarnya dalam dirinya dan kemana arah kehidupan selanjutnya. Jika kita sampai salah arah sedikit saja, maka semua itu akan terbawa saat kita beranjak dewasa dan mulai menempuh kehidupan yang lebih hebat dengan persaingan yang lebih ketat. Untuk itulah, kita harus selektif saat remaja.

Namun dengan perkembangan zaman sekarang misalnya teknologi, remaja cenderung lebih banyak memanfaatkan teknologi hanya untuk komunikasi hal-hal yang tidak penting. Tidak salah memang, tapi jangan sampai waktu untuk kita belajar hanya digunakan untuk sekadar chatting dan hal-hal lain yang tidak penting.

Kehidupan atau perjalanan hidup saat remaja memang beragam. Ada yang senang, galau, sedih, lucu, bahkan romantis sekalipun bisa dialami saat-saat ini. Untuk itu, cerpen remaja ini mungkin dapat membantu untuk mencari pengalaman orang lain sebagai motivasi ataupun pelajaran untuk kehidupan yang lebih baik ke depannya.

Cerpen Remaja

Creat: Jennifer Zhie (@Jennifer_Zhie)
Judul: SESALKU


Pertama bertemu dengannya aku begitu mengaguminya. Sosoknya yang anggun dan mempesona membuat kaum adam berdecak kagum, termasuk aku. Dan beruntungnya aku bisa akrab dengannya. Tentunya banyak kaum adam yang iri denganku. Tika namanya.

Tapi perasaanku begitu kacau ketika mengetahui Tika adalah janda beranak satu. Rasanya jantungku bagai ditusuk belati mengetahui kenyataan itu. Tapi apa mau dikata, cinta datang tiba - tiba dan kita tidak bisa memilih kepada siapa kita akan jatuh cinta. Aku tak peduli akan status Tika, bahkan andai diapun bersuami aku tetap mencintainya.

“Bagaimana kalau kita pacaran?” Aku memberanikan diri menyatakan cinta pada Tika.

“Kamu ngawur! Aku ini janda beranak satu, mana pantas sama kamu!”

“Aku nggak peduli! Yang penting aku cinta sama kamu. Kamu juga cinta kan sama aku?” Aku menggenggam erat tangan Tika.

“Baiklah, asal kamu gak menyesal.”

“Aku gak akan menyesal sayang.” Ucapku lembut sembari mencium kening Tika.

Tapi semua tak berjalan sesuai rencana. Orangtuaku menentang hubunganku dan Tika. Bahkan dengan teganya mereka mengusir Tika! Apa sih salahnya berhubungan dengan seorang janda beranak? Toh mereka juga manusia yang butuh cinta!

“Rafael! Kamu jangan bikin malu mama dan papa! Buat apa kamu berhubungan sama wanita nggak jelas itu!”

“Tika bukan wanita nggak jelas Pa! Dia adalah orang yang Rafael cinta!”

“Kamu sadar nggak atas perkataanmu? Kita keluarga Tanubrata! Keluarga terhormat! Apa kamu nggak bisa cari wanita yang seumur kamu dan jelas belum pernah menikah!”

“Memang banyak wanita diluar sana tapi cuma Tika yang Rafael cinta!”

“Jangan membantah! Kamu anak tunggal keluarga Tanubrata! Apa kamu mau papa usir dan kamu jadi gembel dijalan?!” Papa membentakku. “Dua minggu lagi kamu harus menikah dengan wanita pilihan papa! Jangan pernah membantah! Lupakan wanita itu kalau kamu nggak mau hidup dijalan!”

Terpaksa aku menuruti kemauan orangtuaku. Jujur aku nggak sanggup hidup miskin dan menderita! Apalagi sampai jadi gembel dijalan! Aku! Rafael Tanubrata yang seumur hidup tidak pernah susah harus menjadi gembel? Pasti rasanya bagaikan neraka! Aku nggak sanggup!

Mungkin aku memang pengecut! Aku lebih takut hidup miskin daripada kehilangan Tika! Aku memang pria nggak berguna! Tika, aku harap kamu mengerti dan mau memaafkan aku. Aku memang nggak pantas buat kamu! Lelaki pengecut yang lebih memilih harta dibandingkan rasa cinta. Maafkan aku.
*
Tika? Sedang apa kamu sekarang? Apakah kamu akan datang ke pernikahanku hari ini? Tidak mungkin! Aku memang kejam, memberi Tika surat undangan pernikahanku! Aku nggak pantas jadi seorang lelaki. Maafkan aku Tika! Meskipun beribu bahkan berjuta maaf yang aku ucapkan tak mampu menghapus dosaku padamu.

Tiba saat pengucapan sumpah setia. Sejujurnya hatiku memberontak ingin menolak pernikahan paksa ini, tapi apa dayaku?

“Apa kalian berdua sudah siap?” tanya pendeta yang akan menikahkan aku dan Tania, wanita pilihan orangtuaku.

Aku mengangguk dengan terpaksa, sementara Tania tersenyum mantap.

“Baiklah. Apakah kamu, Tania Lubis Wibisono bersedia menerima Rafael Tanubrata sebagai suami mu baik dalam keadaan susah ataupun senang? Sehat ataupun sakit?”

Tania menjawab tanpa keraguan sedikitpun. “Saya bersedia!”

“Apakah kamu Rafael Tanubrata bersedia menerima Tania Lubis Wibisono sebagai istri baik dalam keadaan susah ataupun senang? Sakit ataupun sehat?” Pendeta Immanuel menatapku.

Kenapa hatiku ragu menjawab pertanyaan itu? Apa aku siap hidup bersama Tania? Hidup tanpa cinta?

“Rafael!!” Tania menyenggol lenganku meminta jawaban.

“Saya.....”

Braaaakkkkkkkk!!

Suara dentuman keras menggema. Para undangan berlarian keluar untuk melihat apa yang terjadi. Mau tak mau aku sedikit lega karena masih punya waktu untuk menjawab ikrar pernikahan tadi. Aku melangkahkan kakiku mengikuti para undangan. Aku ingin sejenak menjauh dari Tania. Sebenarnya tak sedikitpun aku merasa penasaran tapi biarlah itung - itung mencari udara segar sebelum aku harus melanjutkan pernikahan yang gak aku hendaki.

“Apa disini ada yang bernama Rafael?” tanya seorang Bapak berperawakan gemuk.

Dengan kebingungan aku menjawab, “Saya Pak, memang kenapa?”

“Wanita yang tergeletak disana tadi menyebut -nyebut nama Rafael. Apa saudara kenal?”

Aku berjalan kearah yang ditunjukkan Bapak itu. Aku melihat seorang wanita tergeletak berlumuran darah. Semakin dekat semakin jelas siapa wanita itu. Tika? Apa aku cuma berhalusinasi atau itu memang Tika?

“Bagaimana mas? Apa anda kenal?” Bapak itu membuyarkan lamunanku.

“Eh...?” aku menggaruk dahiku yang tak gatal.

Aku menggosok - gosok mataku berharap apa yang aku lihat hanya sekedar mimpi. Tapi ternyata semua itu nyata, Tika tergeletak berlumuran darah didepan mataku.

“Tika??” Aku mengguncang - guncangkan tubuh Tika yang kaku. “Bangun Tika! Please? Aku belum minta maaf sama kamu!” Teriakku histeris.

“Maaf mas, saya harus membawa dia kerumah sakit.” ujar salah seorang pria berpakaian putih.

“Tolong selamatkan dia! Saya akan bayar berapapun asal dia selamat!”

Pria itu memeriksa denut nadi Tika. “Maaf mas, semuanya sudah terlambat.” Pria itu menggeleng lemah.

“Tidaaakkkkkkkkk!! Aku gak percaya!! Coba periksa lagi!!” paksaku kepada pria itu.

“Maaf mas. Tidak ada lagi yang bisa saya lakukan.”

“Bohooooooongggg!!!”

Pria itu tersenyum tipis. “Saya harap mas sabar.”

Aku memeluk Tika untuk terakhir kalinya. Aku sudah tak peduli meskipun pakaian pernikahanku kotor berlumuran darah. Semua ini salahku! Aku yang menyebabkan Tika tewas. Seandainya aku tak menggundangnya Tika tak mungkin datang dan tertabrak mobil.

Aku melihat secarik kertas dalam genggaman Tika. Kertas putih kusut yang telah berlumuran darah. Ternyata kertas itu adalah sepucuk surat yang ditujukan untukku. Aku membuka lipatan surat itu dan menemukan tulisan yang sangat ku kenal.

To: Fael

Kenapa akhir - akhir ini kamu jarang menghubungiku? Jujur aku sangat merindukanmu. Tiba - tiba surat undangan darimu datang, aku merasa kaget dan sedih. Tapi aku gak marah sama kamu, karena pasti sangat berat untuk memilih antara aku atau orangtuamu. Sungguh aku ingin sekali datang ke pernikahnmu tapi aku gak sanggup. Aku gak bisa melihat orang yang aku sayang bersanding dengan orang lain. Tapi tulus dari dalam hati, aku mendoakan kebahagianmu bersama pasanganmu.

Love Tika

Air mata mengalir dari kedua mataku, hatiku rasanya remuk bagai ditusuk belati. Bagaimana tidak? Aku begitu bodoh lebih memilih harta dan takut hidup dalam kemiskinan daripada memilih orang yang benar - benar tulus mencintaiku. Kini semuanya sudah terlambat hanya penyesalan yang menghampiri.

“Tikaaaaaaa!! Maafkan aku!!”

THE END ....

Judul: Just Be Yourself, Tyss..
Penulis: Raissa Oktaviani (@Raissoktvn)


"Ga perlu jadi yang lain Tyssa.. Just be yourself okey"
***
Hay, nama gue Tyssa Arumnigtyas. Tapi, walaupun begitu, nama gue ga sebagus kelakuan gue, gue sekolah di SMA Bakti Pelajar, disekolah gue terkenal sebagai cewek yang tomboy, males, bahkan jarang banget ada cowok yg mau jadi pacar gue-_-ya tapi bersyukurlah gue punya kaka2an yg menerima penampilan gue gini. Namanya, Aufar, bisa dibilang dia itu palingggg deket sm gue. Selain tomboy, gue juga terkenal karena prestasi basket yg gue raih susah payah. Semakin hari Gue semakin deket sama Opar, sampai saatnya ada siswi baru di kelas gua, Agnes.. Dia itu cewek feminin, tapi juga cewek modus.. Dia selalu ngejek gua karena penampilan gua yg tomboy

Di kelas hari ini pelajaran lagi kosong, guru yang ngajar gak masuk. Dan di saat itu juga Agnes ngumumin didepan kelas, "Temen-Temen Besok dateng ya ke rumah gue, ada party ulang tahun guee jam 7 malem. Jangan sampe gak dateng, apalagi.. elo Tyssa, pake baju yg cewek bgt yaa." Umumnya sambil tersenyum sinis sama gue. Gue pun sampai dirumah. Dikamar gue langsung bercermin, 'Emang bener gue terlalu tomboy?' Batin gue. Pada besoknya, gue berusaha dandan secantik mungkin buat party nya Agnes, gue denger dia juga ngundang Opar. Jujur, gue gabisa nahan perasaan gue setahun ini sama dia.. Opar. Gue suka sama dia, bahkan saat gue tau dia udah punya pacar gue cemburu berat. Tapi, beruntunglah Opar sekarang jomblo, jadi banyak kesempatan gue gitu:D

Gue bakal mastiin, malam ini jam 7, bakal jadi cewek tercantik demi Opar. "It's time to Makeover Tyssaaa!! Cayooo" kata gue dengan semangat 45. Malampun tiba, gua segera pergi kerumah Agnes. Sesampai nya orang orang yang ada disana ngeliat gue dari atas sampe bawah, sambil nahan tawa. "Wow, Amazing! Style apanih Tyss? Lipstick belepotan, Rambut kuncir kuda, terus make baju heboh begini? Lo kira party gue ini apa? Iya gak Far" cetus Agnes, sambil menggandeng mesra Aufar... "Tyssa.. Elo.." Aufar pun ikut ikutan gagap. Tanpa sadar gue nangis dan ninggalin party itu, pada saat keadaan hujan deres, gue berlari kuat kuat, sampai akhirnya gue berhasil keluar dari rumah Agnes.. "Arrgghh!!!!!! Segini begonya gue?!!!"

"KENAPA GUE RELA BANGET JADI BEGINI, CUMA DEMI ORANG YANG ANGGEP GUE GA LEBIH DARI SEORANG ADIK!!!!!" Teriak gue, sambil menghapus lipstick, dan cemong make up yg gue buat dibawah deresnya hujan. "Tyssa!! Tyss..". Gue denger teriakan itu, Opar nyari gue.. Gue berbalik badan dan tepat menemukan Opar yg sekarang berada di hadapan gue. "Buat apa lo nyusul gue, Par? Gue cuma pengen jadi cewek yg cantik dimata lo.. Karena gue suka sama lo" kata gue dengan jujur. "Tyssa, gue suka sama lo .. Just be yourself, Tyssa. Gue suka lo yang tomboy, apalagi waktu lo main basket." Mendengar kata kata yg dilontarin sama Opar.. Mendadak gue langsung meluk dia. "Gak perlu jadi yg lain Tyssa"

"Lo bener Par?" Tanya gue sama Opar. "Iyaa bawel:D" kata Opar sambil menarik hidung gue. "eh, sakit!-_-udah ah dingin gue nihh ujan ujanan". "Nih, pake ya" katanya sambil ngasih jaketnya.
The End